Setiap kita tentu saja ingin mengokohkan ketakwaan kepada Allah Swt. Dengan takwa yang sebenar-benarnya karena memang hal itulah yang dikehendaki oleh Allah Swt.

Firman Allah Swt: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (Ali Imran: 102)

Salah satu cara yang harus kita lakukan apa yang disebut dengan al-muhasabah (mengevaluasi diri), mengevaluasi apakah amal-amal kita lebih banyak yang bernilai ibadah atau tidak, apakah amal kita lebih banyak yang shaleh ataukah amal yang salah.

Umar ibnul Khathab berkata: ” Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab (oleh Allah).”

Yang jadi masalah kita kemudian adalah soal apa saja kita harus menghisab diri. Tentu saja yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah Swt. Bila hal ini bisa dipertanggungjawabkan, maka bahagialah seseorang dalam kehidupan diakhirat dan bila tidak, tentu saja kesengsaraan yang akan dirasakannya.

Rasulullah Saw bersabda: ” Tidak beranjak seorang hamba dari tempat berdirinya pada hari Kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, ilmunya untuk apa di amalkan, hartanya dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan dan badannya untuk apa di pergunakan.” (HR Thabrani).

Mengingat keempat hal di atar harus kita pertanggungjawabkan, maka memahaminya menjadi sesuatu yang sangat penting.

Pertama, tentang umur manusia yang telah kita ketahui kalau panjang dan pendeknya telah ditentukan oleh Allah Swt. Berbicara soal umur berarti berbicara soal waktu, bagi kita sebagai muslim sebenarnya tidak begitu penting kapan kita akan mati, tetapi yang terpenting adalah dalam keadaan bagaimana diri kita ketika kematian itu datang, apakah dalam keadaan tunduk kepada Allah, atau malah dalam keadaan sebaliknya.

Kedua, tentang ilmu yang Allah Swt dan Rasul-Nya telah mewajibkan kepada kita untuk mencarinya didunia ini sebanyak-banyaknya. Olehh karena itu, menuntut ilmu tidak ada batasnya kecuali saat kematian. Dengan ilmu, semestinya manusia semakin dekat kepada Allah Swt, bukan sebaliknya seperti yang sudah banyak terjadi sehingga dengan ilmu itu begitu banyak manusia yang sombong. Oleh karena itu kita harus sadari bahwa sebanyak apapun ilmu yang kita miliki pada hakikatnya ilmu itu sangat sedikit bila dibandingkan dengan ilmu Allah Swt nyang sangat luas dan banyak.

Ketiga, yang harus kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak adalah harta. Bagi manusia harta sangat diperlukan, karena setiap manusia pasti memburu harta, Allah sendiri tidak melarang manusia mencintai dan mencari harta yang banyak, bahkan Allah justru memerintahkan kepada manusia untuk mencari harta. Yang tidak boleh dimiliki oleh manusia adalah mencintai harta diatas kecintaannya kepada Allah Swt, karena dari sikap seperti ini , manusia akan menghalalkan segala cara, karena itu Allah Swt akan meminta pertanggungjawaban dari mana kita memperolehnya atau bagaimana cara mendapatkannya: halal atau haram.

Keempat, yang harus kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah adalah soal penggunaan anggota badan: kaki kemana berjalan, tangan apa yang dikerjakan, mata apa yang dilihat, telinga apa yang didengar, lisan apa yang diucapkan dan begitulah seterusnya. bila kita tidak mampu memanfaatkan anggota badan untuk sesuatu yang benar menurut Allah Swt, bisa jadi kita akan terperosok kederajat yang paling rendah, bahkan lebih rendah dari derajat binatang.

Dengan demikian, seluruh anggota tubuh manusia harus terwarnai oleh nilai-nilai yang datang dari Allah sehingga manusia harus berhati-hati dalam menggunakan anggota badannya.

Sebagai pertanggungjawaban manusia atas apa yang dikerjakan, dipengadilan Allah nanti, manusia tidak lagi berbohong, makanya yang menjawab pertanyaan Allah tidak lagi mulut, tetapi anggota badan yang lain.

 a2e8698683afe55d7367b7cc9bb5f679